Lapas

trešdiena, 2011. gada 4. maijs

Pelabuhan udara

Ieskats manās valodas prasmēs. Indonēzijā esmu spiesta kļūt par rakstnieci. Rakstu īsos stāstus :D


Setelah satu jam profesor masih belum selasai membaca. Dia dengan gugup main main dengan rambut hitam dia. Suara rendah profesor keheningan terputus: „ Tesis anda yang baik, tetapi karena penelitian anda tentang Indonesia...” Wajah dia menjadi pucat. Dia sudah tahu, harus ke Indonesia, tetapi bukan sekarang! Sekarang semua yang penting di sini... Profesor menerusakan:” akan lebih baik kalau anda pergi ke sana.”
            Meskipun pesawat dari Siamen ke Jakarta empat jam aja, Li sudah takut. Sampai sekarang, usia dia 29 tahun, dia takut pesawat. Ketika dia anak, dengan ibu bapa naik pesawat ke utara, megunjungi kakek dan adalah badai, pesawat gemetar, jadi dia takut. Tetapi sekarang dia tidak ada pilihan. Ini tahun terakhir di studi doktor S3, dia ingin lulus di musim semi dan mulai pekerjaan setelah sepuluh tahun di universitas.
            Dia masuk universitas tahun 2000, dia memilihi jurusan antropologi, sampai sekarang itu gairah dia. Di studi doktor dia meneliti musik dari suku. Tetapi bagaimana bisa meneliti kasus antropologi kalau tidak bisa keluar dari negera asli... Ketakukan membuat dia lebih bagus di teori, karena dia tidak bisa jalan jalan, bisa membaca buku saja. Tetapi sekarang harus ke Indonesia, bab terakhir tesis dia tentang musik suku di Indonesia dan tidak ada buku dia bisa membaca.
            Selalu dua hari Li berbicara dengan profesor Li pergi ke kedutaan Indinesia untuk visa. Petugas di kedutaan, dia tampak lelah. Oreng yang lelah bukan ramah...
Tanpa selamat pak mulai : „Anda mau apa?” Li menyentak,:” Maaf, Pak, saya akan menerapkan untuk visa ke Indonesia.” Li tersenyum.
„Kenapa anda tersenyum, itu tidak lucu! Berapa lama di Indonesia?”
„Lima bulan.”
„Untuk jalan jalan 2 bulan cukup!”
„Saya tidak mau jalan jalan, saya mau ke sana, karena saya membuat penelitian untuk musik suku.”
„Anda bisa membuktikan itu?”
„Mohon Pak, ini surat dari universitas saya, di sana tulisan kenapa dan di mana saya pergi di Indonesia. Silakan Pak, membaca.”
Pak membaca surat beberapa kali. Sesudah itu dia melihat Li lama waktu dengan tampilan yang mencurigakan. „Serjana!” dia bergumam dan mebirikan dokumen untuk mengisi. Semuanya lancar, dia mendapat tiket dan mendapatkan visa dalam satu mingu.
            Semuanya dia lakukan adalah berkemas barang-barangnya untuk perjalanan. Rasa dia bukan bagus, di dalam dia merasa sesuatu akan salah, sampai sekarang semuanya terlalu bagus. Tetapi dia mengulangi semuanya yang akan berjalan lancar sampai dia percaya itu.
Tas travel cokelat dia dikemas pada hari terakhir. Akhirnya dia siap untuk pergi ke Indonesia, dia bahkan sangat senang dan bahagia tentang itu.
Penerbangan pagi, dia harus di bandara jam 5 pagi. Khawatir tentang kualitas transportasi di muka umum ia meminta Profesor untuk mengambil di sana. Dialah yang menyarankan untuk pergi ke Indonesia sehingga dia pikir itu bagus jika ia membawanya ke bandara. Dan itu baik-baik saja, Profesor Wang selalu sangat membantu.
Jip perak-Nya terus oleh rumahnya tepat 3 jam sebelum penerbangan. Li sudah menunggu dia di depan rumahnya. Malam tanpa tidur membuat hitung nya setiap menit. Dia suka tepat waktu. Sebelum kelelahan yang masuk ke mobil dia memeriksa tas satu lagi.
Dia masuk ke mobil, duduk di samping sopir. Napasnya keras, dia khawatir. Profesor Wang dengan suara tenang berkata: "Ini hanya pesawat Apakah Anda tahu berapa banyak orang yang terbang setiap hari 500.000 Semua aman Jangan khawatir?!" Dan dia memberi termos nya dengan menenangkan teh hijau. Pemikiran dari banyak orang yang aman membantunya untuk tidur.
Bahwa jam di mobil dengan dosen dibuat tenang untuk penerbangan. Di bandara dia pergi sendirian. Kenangan menunggu teman dari negara lain muncul. Setiap kali dia menunggu untuk tubuh di sini, dia berpikir bagaimana dia pergi. Akhirnya sudah waktunya untuk mencari tahu. Dia pergi untuk check in Tanpa masalah dia berada di dalam bandara, ia menemukan tempat untuk duduk di samping gerbang dengan pemandangan indah di luar jendela. Dia melihat matahari terbit perlahan terbit. Hilang di melamun dia bahkan tidak menyadari bagaimana waktu berlalu dan sudah waktunya untuk naik ke pesawat.
Dalam pesawat setiap menit serasa satu jam, ia terus berpikir. Untuk menghabiskan waktu dia sedang menonton penumpang lain yang patut. Old pasangan, keluarga dengan tiga anak, seorang perempuan bisnis, dua teman backpackers mungkin dari Eropa dan banyak orang lain. Li mencoba membayangkan bagaimana jadinya jika dia adalah salah satu dari mereka. Di mana dia akan pergi...
„Selamat datang di Indonesia!” pilot mengumumkan. Jantung dia mulai berdetak lebih cepat. Dia pikir:”Aku sudah datang, aku di Indonesia.” Bersama dengan kerumunan dia pindah ke bea cukai dengan semua kertas di tangannya. Dia tidak semuanya khawatir adalah sah. Dia harus menunggu cukup lama, deretan orang-orang tidak pernah berakhir. Ini giliran dia untuk memberikan dokumen. Petugas mengambil dokumen, sangat cepat dia melihat melalui mereka, wajahnya menunjukkan kemarahannya seperti ia tidak dapat menemukan sesuatu. Dia mulai untuk mengajukan pertanyaan.
„Berapa usia anda?”
„29”
„Di mana anda sekolah dasar?”
„Di China, kota Lanzhou”
„Di mana anda sekolah tinggi?”
„Sama, Lanzhou”
„Kenapa datang di Indonesia”
„Untuk penelitian”
„Anda punya suami dan anak anak di China?”
„Tidak”
„Kenapa?”
Li masih diam.
„Oke, di Indonesia mau ke mana?”
Li masih diam, karena dia belum mengerti kenapa adalah banyak pertanyaan, dokumen dia semua benar. Tetapi petugas masih mengajukan pertanyaan, Li tidak jawaban, dia belum mengerti kenapa harus jawaban. Orang di garis tidak sabar, mulai berteriak pada Li. Dia bingung mengapa padanya, jika petugas kesalahan. Dari tengah-tengah baris muncul wanita bisnis dari pesawat, dia mendorong semua orang dan pergi ke Li.
Apa yang salah dengan Anda? Hanya memberinya uang agar kita semua bisa pergi! Aku punya rapat, saya tidak bisa terlambat. Pindah!” dia berteriak dalam bahasa Cina. Li takut, ia kehilangan napas dan tidak bisa menjawab. Dia hanya berdiri di sana. Wanita Bisnis diulang lagi dan lagi "gadis bodoh", dia menempatkan 100 000 rupia di atas meja. Petugas pada saat yang sama dikenakan cap di paspor Li. Li mengambil dokumen dia dan pergi untuk mengambil bagasi.

Nav komentāru:

Ierakstīt komentāru